Selasa, 26 Juli 2011

Mengembalikan Kekuatan Dirgantara PDF Print
Sunday, 03 July 2011
Namanya TupolevTU- 16B/KS.Pesawat tempur itu masih tampak gagah di Museum Dirgantara di kompleks Lanud Adisutjipto Yogyakarta.Tupolev hanya satu dari sederet pesawat tempur andal yang pernah membuat Indonesia sangat ditakuti lawan.


TU-16 yang dijuluki Badger oleh NATO merupakan pesawat buatan Uni Soviet.Pesawat jet bermesin ganda ini memiliki fungsi utama sebagai pesawat pengebom.Tupolev dibuat dalam berbagai varian. Indonesia merupakan satusatunya negara di ASEAN yang pada 1961 menggunakan pesawat ini.

Indonesia memiliki 25 unit Tupolev kala itu.Dengan kemampuan menjelajah hingga kecepatan 510 knot (945 km/jam) dan persenjataan berupa 7 ea kanon 23 mm,ia menjadi momok bagi lawan.Belum lagi dengan bom naval dan peluru kendali seberat 9.000 kg yang sewaktu-waktu siap dijatuhkan.Betul-betul mengerikan ancaman Tupolev.

Belanda dengan kapal induknya Karel Doorman yang telah merasakannya ketika pertempuran memperebutkan Irian Barat. Tupolev kemudian pensiun pada 1969.F-28 Avron Sabre buatan Australia kemudian menjadi salah satu andalan. Pesawat untuk buru sergap ini dilengkapi persenjataan melimpah, misalnya dua cannon aden 30 mm dan 24 roket dipadu dengan kecepatan terbang yang mencapai 1.125 km/jam,F-28 Avron siap melumpuhkan lawan.

F-28 kemudian pensiun pada era 1981. Selepas masa itu,kekuatan dirgantara terus menurun hingga puncaknya sekitar 1992.”Tahun 1960 sampai 1992 kita memiliki sebuah kekuatan yang bisa diandalkan. Kemudian berangsurangsur adanya waktu kita bergeser ke blok barat,blok timur ditinggalkan,”kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro kala bersama media mengunjungi museum itu, Kamis (30/6).

 Indonesia tidak ingin berlarut-larut dengan kondisi ini.”Sampai dengan saat ini kita sedang proses membangun angkatan udara.Seperti program minimum essential force (MEF) yang sudah digulirkan, pemerintah memiliki komitmen bahwa kita akan mengganti pesawat-pesawat yang sudah uzur umurnya perlu diganti dengan pesawatpesawat yang baru,”tuturnya.

Sejumlah pesawat tempur pun dibidik untuk didatangkan memperkuat angkatan udara, di antaranya F-16 asal Amerika Serikat,T-50 dari Korea,dan Sukhoi dari Rusia.Ada pula yang tinggal menunggu kedatangan seperti pesawat Super Tucano dari Brasil. Bambang Samoedro mengungkapkan,diperkirakan Maret tahun depan sudah ada sekitar empat unit pesawat Super Tucano yang tiba.

”Kita beli satu skadron atau 16 unit.Prosesnya (pengiriman) bertahap,”ujarnya. Pesawat ini diproyeksikan menggantikan OV-10 Bronco yang sudah pensiun dan ditempatkan di Malang. Super Tucano akan digunakan untuk patroli di wilayah perbatasan.”Untuk counter insurgency, kita masih butuh,perbatasan kita ada perbatasan Kalimantan,Papua, dan lain-lain,”sebut dia.

Pembelian pesawat ini nantinya diikuti dengan pengadaan sistem persenjataannya.” Sekarang barangnya dulu,nanti persenjataannya mengikuti,apa saja yang dibutuhkan,”kata Bambang. Mengenai kemampuan awaknya,Bambang mengaku tidak ada kendala.Sebab,saat ini awak untuk Super Tucano sudah dipersiapkan dari para pilot yang dulunya menerbangkan OV-10.

”Komandannya juga sudah ada.Transisi tidak akan lama,”paparnya optimistis. AdapunT-50 akan menggantikan Hawk MK53. Adapun untuk pesawat tempur F16 dari Amerika Serikat merupakan hibah pesawat lama,tapi masih layak pakai. Usia F-16 ini sama seperti F-16 yang telah dimiliki Indonesia.

”Keinginan kita adalah di upgrade kemampuan off unit nya, kemudian kita juga mendapatkan persenjataan yang lebih advance,”terangnya. TNI Angkatan Udara juga akan melakukan penambahan enam pesawat tempur Sukhoi untuk melengkapi yang saat ini ada 10 unit. Demikian pula juga akan diadakan secara bertahap pesawat angkut dan helikopter.

”Kita punya program 2014,masalah datangnya kapan kan terserah.Harapan 2014 sudah datang yang banyak,”tutur dia. Tidak saja pesawat,sumber daya manusia yang akan melengkapi pengawakan alutsista yang jumlahnya bertambah itu juga diperbanyak.Akademi Angkatan Udara dan Skadron Pendidikan di Lanud Adisutjipto siap untuk menyuplai.

Komandan Skadik 104 Lanud Adisutjipto, Mayor Pnb Indan Gilang menuturkan, ada beberapa yang menjadi perhatian penting dalam merekrut siswa penerbang,di antaranya kemampuan,kesehatan, dan psikologisnya. ”Lulusan AAU tiap tahun sekitar 20–30 yang menjadi penerbang,”sebutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar