Selasa, 16 November 2010

PESAWAT TEMPUR BUATAN NEGARA NEGARA ASIA

Chengdu
J-10, F-10
Multi-Role Fighter

Proyek Pesawat Tempur Jianjiji-10 (J-10) dipercaya dimulai pada 1980an untuk mengembangkan sebuah pesawat tempur pribumi China yang ekuivalen dengan Mirage 2000, dioperasikan oleh Taiwan. Pesawat ini dilaporkan similar dengan F-16 milik AS, sebuah contoh mungkin berasal dari Pakistan untuk studi, dan Lavi (proyek pesawat Israel yang didasarkan pada F-16 yang akhirnya dibatalkan). Walaupun Israel membantah telah mentransfer teknologi yang tidak syah ini, tetapi diketahui bahwa Israel memang telah memberikan beberapa pertolongan dalam pengembangan J-10.

Desain yang dihasilkan, secara virtual sama dengan Lavi dari luar, mempunyai sebuah sayap delta atau dua-delta dengan canard yang dipasang di dekat buritan kokpit. J-10 dipercaya mempunyai mesin tunggal dari Rusia, turbofan AL-31F dan sebagian besar teknologinya (termasuk radar) berasal dari Rusia. Pada awalnya, beberapa pembuat skema pesawat menganggap bahwa J-10 mempunyai inlet (ceruk) mesin bergaya F-16, tetapi berdasarkan foto, mengungkap bahwa pesawat ini dilengkapi dengan sebuah inlet rectangular yang mengingatkan pada Eurofighter Typhoon. Desain pesawat ini juga mungkin mengalami revisi termasuk berkaitan dengan fitur “stealth”

J-10 dimimpikan sebagai pesawat tempur multi-peran untuk menggantikan Q-5 dan J-7 yang sudah usang, dan dipersenjatai dengan senjata yang sangat lebih canggih. Dalam peran interceptor udara, J-10 akan mungkin dipersenjatai dengan PL-8, misil jarak dekat kendali inframerah (ditiru dari Python 3 milik Israel) dan misil jarak menengah kendali radar PL-10. Bermacam-macam presisi bom kendali dan misil udara-ke-darat juga diharapkan untuk dipasang untuk mendukung tugas-tugas penyerangan.

Walaupun dipercaya bahwa lebih dari 300 J-10 telah dibuat untuk AU dan AL China, keputusan untuk membuat (license build) SU-27 Rusia (aka J-11) memperlihatkan ketidakpercayaan pada kesuksesan dari desain J-10. Jika produksi berlanjut, ada kemungkinan bahwa akan ada varian untuk ekspor yang di sebut F-10. Paling tidak ada 4 purwarupa yang dibuat pada 2001, dan service entry kemungkinan pada 2005.


Spesifikasi:
(Data terakhir: 14 November 2004)

HISTORY:
First Flight: 24 March 1998
Service Entry: 2004 or 2005

CREW: 1 pilot

DIMENSIONS:
Length :47.86 ft (14.57 m)
Wingspan/Lebar Sayap: 28.75 ft (8.78 m)
Height: 15.75 ft (4.80 m)
Wing Area: 355.2 ft2 (33 m2)
Canard Area: 58.55 ft2 (5.45 m2)

WEIGHTS:
Empty : 15,300 lb (6,940 kg)
Typical Load: unknown
Max Takeoff : 40,565 lb (18,400 kg)
Fuel Capacity: internal: unknown, external: unknown
Max Payload: 18,520 lb (8,400 kg)

PROPULSION:
Powerplant : one Saturn/Lyulka AL-31F afterburning turbofan
Thrust: 27,560 lb (122.6 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: Mach 1.85; at sea level: unknown
Initial Climb Rate : unknown
Tinggi Max: unknown
Jarak Tempuh: 1,000 nm (1,850 km)
g-Limits: unknown

ARMAMENT:
Gun: probably one 23-mm or 30-mm cannon
Stations : eleven external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile : PL-8, PL-10
Air-to-Surface Missile: unknown
Bomb: unknown

KNOWN VARIANTS:
J-10: Prototype fighter

KNOWN OPERATORS: China

J-11 [Su-27 FLANKER]


Diberi kode nama “Flanker” (Pengapit) oleh NATO, J-11 (Su-27) adalah bomber figter multi-peran yang dapat juga digunakan untuk peran penyerangan maritime. Flanker mempunyai radius operasional 1.500km dan mempunyai fasilitas refuelling udara, menambah radius operasional sejauh 500km. Walaupun dikonfigurasikan secara normal untuk operasi konvensional, J-11 dapat memuaskan China dengan pesawat tempur serangan-nuklir berperforma-tinggi.

Akuisisi Su-27 dilakukan setelah China mencoba selama bertaun-taun untuk membangun pesawat J-10 dengan teknologi yang ekuivalen untuk menunjukkan fungsi similar, menunjukkan ketidakpercayaan dalam kemampuan produksi dalam negeri.

Pada 1991 China membeli 24 SU-27 untuk sekitar $1 miliar yang dikirim pada akhir 1992 ke Wuhu Air Base, 250km barat Shanghai. Pada 1995 China melakukan pembelian kedua, 24 Su-27 lagi, dan dikirimkan pada April 1996 ke Suixi Air Base di Cina Selatan. 48 Pesawat tersebut termasuk 36 Su-27SK satu tempat duduk yang dibuat di Komsomolsk-on-Amur dan 12 Su-27UB dua tempat duduk yang dibuat di Irkutsk, dengan harga total $1,7 miliar.

Pada Februari 1996 Moscow dan Beijing mencapai perjanjian senilai $2.2 miliar untuk co-produksi Sukhoi Su-27 di Cina. Dengan perjanjian itu, Cina akan memproduksi sampai 200 pesawat (tanpa hak untuk menjual ke negara lain) dari komponen yang dibuat oleh Rusia selama 3 sampai 5 tahun. Dari biaya perjanjian tersebut, termasuk di dalamnya $650 juta untuk dokumen teknis dan $850 juta untuk suku cadang, instrument dan peralatan disiapkan oleh Komsomolsk-on-Amur Aviation Enterprise imeni Yuriy Gagarin [KnAAPO], yang akan mengirimkan 30% dari semua suku cadang untuk 200 pesawat Su-27SK China. Rusia memberikan hak untuk co-produksi Su-27 ke Shenyang Aircraft Company yang mampu meproduksi sekitar 15-20 pesawat per tahun. Pada periode 1998-2000, Shenyang berencana untuk merakit hanya 15 pesawat Su-27SK dari total 200 yang diijinkan pada kontrak. Dua pesawat pertama yang berhasil dirakit di Shenyang, terbang pada akhir 1998. Secepatnya, Cina mungkin akan membuat sekitar 300 Su-27.

Akan tetapi integrasi Su-27 ke AU Cina mengalami kesulitan, terutama sekali untuk masalah latihan dan biaya perawatan. Rusia mengirim suku cadang dan pemasangan untuk 2 pesawat tempur, yang dirakit pada 1998, membuat China mempunyai total 50 pesawat. Akan tetapi, airframe-nya mengecewakan, dan tidak ada produksi tambahan yang diselesaikan pada akhir 1999. Tetapi pada akhir 2000, pengiriman direncanakan untuk suku cadang dan perakitan 15 pesawat baru.

Pada Maret 1996, PLA Air Force dan elemen PLA yang lain melakukan latihan bersama di selat Taiwan. Selama latihan bersama ini J-11 menembakan bermacam-macam roket udara-ke-darat dan juga menjatuhkan 4 bom “deceleration” yang similar dengan US MK82 Snake-Eye, pertama kalinya jenis bom tersebut diperlihatkan ke umum. Latihan ini jelas-jelas memperlihatkan kelemahan kemampuan pengeboman J-11, menuntut pengembangan radar dan software komputer untuk kemampuan penyerangan udara-ke-darat, yang dikombinasikan dengan peralatan dan fungsi kontrol penembakan dari Su-35 untuk menghasilkan akurasi tinggi pada penembakan/pengeboman.

Pada akhir 1999, Irkutsk aviation industrial association mengirimkan 28 training dan combatant untuk Su-27UB ke cina. Pengiriman ini akan diimplementasikan untuk membayar kerugian negara, dan 8 pesawat dikirimkan pada tahun 2000, 10 pada 2001 dan 10 lagi pada 2002.

DESKRIPSI:

India memulai proyek Light Combat Aircraft (LCA) pada 1983. Secara resmi diberi nama Tejas (Bahasa Sansekerta dari cahaya) pada 2003. Pesawat ini dikembangkan sebagai pesawat ringan dan ekonomis pengganti pesawat MiG-21 milik Au India yang menua. Di bawah petunjuk Aeronautical Development Agency (ADA) India, kontraktor utama Hindustan diberi kewenangan penuh untuk mendisain dan pembuatan LCA. HAL juga bertanggung jawab untuk mengkoordinasi beberapa laboratorium pemerintah, institusi pendidikan, sub-kontraktor.

Hasil dari pengembangan ini adalah desain sayap delta yang mempunyai teknologi modern tingkat lanjut termasuk sistem kontrol fly-by-wire, sistem avionic terintegrasi, penggunaan bahan komposit, dan display “glass cockpit”. Fitur canggih lainnya termasuk radar multi-mode, pod pelacakan laser dan sistem FLIR, sistem navigasi “ring laser gyro inertial”, deretan alat tempur elektronik komprehensif, dan sistem komunikasi yang resistan jamming.

Sayangnya, program Tejas mengalami banyak penundaan yang menyebabkan lamanya pengembangan sedikitnya satu dekade. Masalah pertama adalah ketika desain telah diselesaikan pada 1990, komisi pemerintah menemukan banyak kekurangan pada area teknologi kritis. Sehingga pemerintah memutuskan untuk membuat dua demonstrator teknologi untuk meyakinkan terselesaikannya masalah teknologi. Pesawat pertama dari demonstrator teknologi ini diselesaikan pada 1995, tetapi kesulitan pada sistem kontrol penerbangan dan pembuatan komponen komposit structural menyebabkan pesawat ini belum dapat terbang.

Masalah besar lainnya adalah pada 1998 ketika tes nuklir India menyebabkan AS memberi sanksi pelarangan penjualan mesin turbofan General Electric F404 kepada India. Sanksi ini juga menyebabkan berhentinya bantuan dari Lockheed Martin dalam pengembangan sistem kontrol penerbangan. India memutuskan untuk melanjutkan program ini kendati banyaknya masalah yang dihadapi dan memutuskan untuk membuat mesin jet sendiri untuk menggantikan F404. Keputusan ini menyebabkan timbulnya masalah lain karena penundaan produksi dan bertambahnya biaya untuk mengembangkan mesin Kaveri baru. Masalah ini semakin diperparah dengan keputusan pembelian kembali mesin F404 tambahan untuk produksi awal Tejas, setelah AS membatalkan sanksinya. Diharapkan mesin Kaveri dapat mulai dipakai pada 2010.

Demonstrator teknologi pertama (TD-1) akhirnya dapat terbang pada 2001. Selanjutnya diikuti dengan TD-2 dan dua pesawat purwarupa (PV-1 and PV-2). Pesawat-pesawat ini digunakan untuk melakukan ujicoba dan menguji teknologi canggih yang akan digunakan pada Tejas. Fase tes kedua telah dimulai pada akhir 2006 dengan ditandai penerbangan pertama pesawat purwarupa produksi PV-3. Tes lain yang telah dilakukan termasuk model angkatan laut (naval) PV-4 dan model trainer PV-5. Tes penerbangan untuk integrasi senjata dilakukan pada awal 2007 tetapi pesawat ini tidak akan mulai beroperasi hingga 2010.

HISTORY:
First Flight: (TD-1) 4 January 2001
Service Entry: planned for 2010

CREW: one: pilot

ESTIMATED COST: $21 million

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: unknown
Wing Tip: unknown

DIMENSIONS:
Length: 43.27 ft (13.20 m)
Wingspan: 26.88 ft (8.20 m)
Height: 14.42 ft (4.40 m)
Wing Area: 412.6 ft² (38.4 m²)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 12,125 lb (5,500 kg)
Normal Takeoff: 18,740 lb (8,500 kg) [clean]
Max Takeoff: 27,560 lb (12,500 kg)
Fuel Capacity: internal: 795 gal (3,000 L); external: 1,055 gal (4,000 L)
Max Payload: 8,820 lb (4,000 kg)

PROPULSION:
Powerplant: (prototypes) one General Electric F404-F2J3 or F404-IN20 turbofan; (production) one GTRE GTX-35VS Kaveri turbofan
Thrust: (F404-F2J3) 18,100 lb (80.50 kN); (F404-IN20) 18,700 lb (83.18 kN); (GTX) 20,200 lb (89.86 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,195 mph (1,920 km/h) at 36,000 ft (11,000 m), Mach 1.8; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: unknown
Service Ceiling: 50,000 ft (15,250 m)
Range: 460 nm (850 km)
g-Limits: +9 / -3.5

ARMAMENT:
Gun: one 23-mm GSh-23 twin-barrel cannon (220 rds)
Stations: eight external hardpoints
Air-to-Air Missile: R-77/AA-12 Adder, R-73/AA-11 Archer, BVRAAM
Air-to-Surface Missile: up to two conventional cruise missiles, anti-ship missiles
Bomb: laser-guided bombs, conventional bombs, cluster bombs
Other: rocket pods

KNOWN VARIANTS:
LCA-TD-1: First technology demonstrator equipped with a General Electric F404-F2J3 turbofan
LCA-TD-2: Second technology demonstrator
LCA-PV-1 and PV-2: Single-seat prototype vehicles
LCA-PV-3: Single-seat prototype vehicle that should be at or very close to production form, equipped with in-flight refueling capability
LCA-PV-4: Single-seat prototype vehicle for a naval variant
LCA-PV-5: Two-seat trainer prototype vehicle
Tejas: Production model for the Indian Air Force
Trainer: Two-seat trainer model
Navy model: A navalized version with strengthened landing gear and a redesigned forward fuselage to be used aboard a future Indian aircraft carrier
MCA: Planned Medium Combat Aircraft derived from the LCA, supposed to possess greater stealth characteristics and thrust-vectoring capability

KNOWN COMBAT RECORD: not yet in service

KNOWN OPERATORS:
India, Bharatiya Vayu Sena (Indian Air Force)
India (Indian Naval Air Squadron)

HF-24 Marut



Pesawat tempur-bomber Hindustan Aeronautics Limited (HAL) HF-24 Marut dibuat di India, berdasarkan sebuah desain dari Kurt Tank, desainer pesawat Focke-Wulf yang dibuat Jerman pada PD II. Marut mempunyai sayap tertekuk kecil dan manuverabilitas hebat. Pesawat ini mempunyai potensial tempur terbatas karena tenaga mesin yang kurang, dan dapat mencapai kecepatan supersonic pada “level flight”. Purwarupa-nya terbang pertama kali pada 17 Juni 1961 dan total 147 pesawat dibuat, termasuk 18 pesawat HF-24 Mk 1T dengan dua tempat duduk.

Specifications
Year: 1961
Crew: 1
Engines: 2 * 2200kg HAL/R.R. Orpheus Mk.703
Wing Span: 9.00m
Length: 15.87m
Height: 3.60m
Wing Area: 28m2
Empty Weight: 6195kg
Max. Weight: 10908kg
Speed: 1128km/h
Ceiling: 13750m
Range: 800km
Armament: 4*g30mm 48*r68mm 1814kg

Shenyang J-8I

Di tahun 1960-an karena pesawat tempurnya tak ada yg mampu melakukan penyergapan di atas ketinggian 20.000m PLA mengadakan tender pengadaan pesawat yang mampu melakukan hal tersebut. Tender diikuti oleh Shenyang yang mengajukan J-8 sedang Chengdu mengajukan J-9 . Karena punya Shenyang lebih murah maka Shenyang memenangkan tender ini.

Idenya adalah MiG-21 yang diperbesar dengan memiliki dua mesian dan sayap delta yang lebih besar. Akibat Revolusi kebudayaan prototipe ini baru terbang di tahun 1979 dan masuk produksi di tahun 1981.

Pesawat ini hanya dilengkapi dengan kanon 30mm dan rudal jarak pendek, mempunyai kendala dengan radar dan kemudian dipensiunkan di tahun 1990. Hanya 50 unit yang diproduksi kemudian pesawat ini dikoversi menjadi pesawat intai JZ(Jian Zhen)-8

Spesifikasi:

Pabrikan : Shenyang AC
Mesin : 2x Liyang Wopen 7b
Kecepatan: Mach 2,2
Weaposn Stores : 4 pilon bisa dipakai untuk menggotong rudal PL-2 atau PL-5
Awak:1

Pesawat tempur Mitsubishi F1, yang similar dengan pesawat Jaguar, adalah versi tempur dari pesawat T-2 trainer. Kokpit belakang T-2 diubah menjadi tempat bahan bakar. Modifikasi lain termasuk penambahan dua tiang sayap dan tiang bodi pesawat dan penambahan meriam Vulcan 20mm beserta sistem avionik baru. F-1 dapat menyerang pesawat lain dengan jarak yang relatif dekat dan dapat digunakan dalam misi intersepsi dengan membawa misil AIM-9. Total sebanyak 77 pesawat telah dibuat.

Specifications

Type: F-1
Function: attack
Year: 1977
Crew: 1
Engines: 2 * 3300kg Ishikawajima-Harime TF40-801A
Wing Span: 7.88m
Length: 17.66m
Height: 4.39m
Wing Area: 21.18m2
Empty Weight: 6358kg
Max.Weight: 13674kg
Speed: 1700km/h
Ceiling: 15250m
Range: 1130km
Internal Fuel: 3054 kg
Drop Tanks: 833 L drop tank with 659kg of fuel for 126nm range
In-Flight Refueling: No
Payload: 2722kg
Sensors: J/AWG-12 radar, RWR, basic bombsite
Armament:
• Cannon: 1 20mm Vulcan
• Type 80 ASM
• Mk82 500lb bombs
• M117 750lb bombs
• LAU-69 rocket pods
• AAM-1
• AIM-9L

Pesawat Mitsubishi F-2 direncanakan sebagai pengganti Mitsubishi F-1 yang menua. Pesawat tempur mesin-tunggal F-2 (FS-X) mempunyai performa yang dapat setara dengan F-16 tetapi biayanya lebih tiga kali lebih mahal dari pada F-16 atau sama dengan F-15.

Pada oktober 1985, Agen Pertahanan mulai mempertimbangkan tiga opsi pengembangan untuk FSX yaitu pengembangan domestik, adopsi dari model domestik yang sudah ada, atau adopsi dari model asing. Akan tetapi agen ini sebenarnya lebih tertarik untuk melakukan pengembangan domestik. Riset dan pengembangan Agen Pertahanan dan Technical Research and Development Institute Jepang mengumumkan bahwa selain mesin, Jepang akan mengembangkan pesawat tempur sendiri dengan biaya sekitar $1 miliar. Akan tetapi pada akhir 1986, setelah konsultasi dan besarnya tekanan dari AS, Jepang mempertimbangkan untuk melakukan perjanjian ko-produksi dengan AS. Dan pada Oktober 1987, Dewan Pertahanan Jepang dan AS melakukan pertemuan resmi di Washington untuk membahas rencana kerjasama proyek re-model F-15 atau F-16.

Pada November 1988, AS dan JEpang setuju untuk melakukan pengembangan bersama pesawat tempur FS-X berdasarkan pesawat F-16 Block 40.

Setelah perjanjian kerjasama terjadi, banyak kritik hebat dari anggota kongres AS yang mengkhawatirkan tentang hilangnya kunci teknologi dan kepemimpinan teknologi AS, resiko komersialisasi Jepang dan kurangnya share proyek untuk AS. Hasilnya, pada 1989 AS meminta pengkajian ulang terhadap perjanjian yang sudah disepakati, melarang transfer teknologi dan AS akan menerima 40% share keuntungan dari pengembangan pesawat ini.

Kontroversi ini meninggalkan ketidakpuasan pada kedua belah pihak dan pelaku industri Jepang, karena pesawat yang didesain secara domestik oleh Jepang (FSX) ini akan jauh lebih superior dari F-16 yang akan dire-desain secara bersama oleh Jepang dan AS, sehingga mempersulit AS untuk melakukan negosiasi ulang. Para pelaku industri mengingatkan AS bahwa perjanjian yang ada sudah menguntungkan bagi AS.

Berbeda dengan perkiraan AS pada awal program bahwa FS-X merupakan modifikasi kecil dari F-16 Block 40, FS-X ternyata menjadi pesawat yang merupakan modifikasi besar dari F-16. Walaupun terlihat sama, FS-X mempunyai ukuran dan berat yang lebih besar dari F-16. FS-X mempunyai sayap yang 25% lebih lebar, bodi pesawat yang lebih panjang, dan ekor vertikal-horizontal lepih panjang. FS-X akan mempunyai mesin yang sama (F110) dengan versi terakhir pesawat F-16. FS-X juga akan dilengkapi dengan lima teknologi yang didefinisikan dalam perjanjian yaitu radar active phased array fire control, sistem tempur elektronik terintegrasi, sistem navigasi/referensi inersial, perangkat komputer misi dan material penyerap gelombang radar. Jepang juga mengembangkan komposit untuk bagian sayap FS-X.Program pengembangan FS-X mencapai produksi purwarupa pada April 1993.

FS-X program ternyata sangat membantu perkembangan industri aerospace Jepang. Para karyawan proyek ini mendapat pengalaman berharga yang nantinya dapat diaplikasikan pada program pengembangan lain. Dengan membuat perubahan besar dari model F-16, Jepang telah memaksimalkan konsep dan teknologi domestik yang dimiliki, sehingga industri Aerospace mendapatkan peran penting dalam proyek ini. Hasilnya, Jepang akan mengurangi ketergantungannya terhadap suplay dari AS untuk militer Jepang di masa yang akan datang.

Pada 1995, AS dan Pemerintah Jepang percaya bahwa Jepang dapat memproduksi sekitar 50-130 pesawat. Setelah adanya perdebatan untuk mengurangi produksi menjadi 70-80 pesawat, akhirnya kabinet pemerintah menyetujui 130 pesawat F-2 pada Desember 1995. Tetapi akhirnya sekitar akan 200 F-2 diproduksi dan akan dikirim mulai 2000 sampai 2010.

Specifications

Maximum Weight: 22000 kg
Power of Engine: 13200kg
Maximum Speed: 2300 km/h
Maximum Altitude: 20000 m
Radius of Action: 1000 km
Weapons: 1gun (20mm)
Missiles:
• AAM-1
• AAM-3
• Maverik
• ASM-2
• bombs
Add caption

Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar