Zoological Society of London kembali meluncurkan daftar EDGE (Evolutionarily Distinct, Globally Endangered) 2010, setelah terakhir update pada tahun 2007 lalu. EDGE ini merupakan daftar hewan-hewan yang statusnya terancam punah, bahkan beberapa mungkin sudah punah.
Berikut ini adalah 14 spesies mamalia teratas menurut daftar EDGE yang paling langka :
Berikut ini adalah 14 spesies mamalia teratas menurut daftar EDGE yang paling langka :
1. Ekidna moncong panjang timur (Zaglossus bartoni)
2. Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijnii)
3. Ekidna moncong panjang Sir David (Zaglossus attenboroughi)
4. Greater Short-Tailed Bat (Mystacina robusta)
Belum ada penampakan kelelawar ini sejak tahun 1967. Ada laporan yang terdengar, namun sulit untuk diverifikasi karena area yang dilaporkan ini dimiliki oleh suku lokal Maori, dan sulit untuk memperoleh izin masuk daerah tersebut.
5. Baiji (Lipotes vexillifer)
Sungai Yangtze yang sangat ramai ini mengakibatkan Baiji kehilangan habitatnya dan populasinya menurun drastis, akibat aktivitas pemancingan maupun polusi limbah.
6. Mountain Pygmy Possum (Burramys parvus)
Ia merupakan salah satu dari pygmy possum terbesar di Australia, dan merupakan mammalia kecil yang umurnya terpanjang di dunia, dimana betinanya bisa mencapai usia lebih dari 12 tahun. Sayangnya, kehadiran industri resort ski yang menjamur di Australia mengakibatkan possum kecil ini kehilangan habitatnya hingga kini nyaris punah.
7. Solenodon Kuba (Solenodon cubanus)
8. Solenodon Hispaniola (Solenodon paradoxus)
Solenodon hanya terdiri dari dua spesies, yakni Hispaniolan solenodon yang ditemukan di Kepulauan Hispaniola dan Cuban solenodon yang distribusinya di Kuba.
Sebelum kolonisasi orang Eropa, spesies ini merupakan predator yang dominan di habitatnya, namun seiring berjalannya waktu, mereka kalah dengan predator baru semacam anjing, kucing dan luwak.
9. Kelinci Riverine (Bunolagus monticularis)
10. Badak Bercula Dua Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)
Sayangnya, aktivitas manusia seperti penggundulan hutan mengakibatkan populasinya turun drastis sehingga terancam punah, diestimasikan hanya sekitar 275 ekor yang hidup hingga saat ini.
11. Badak Hitam (Diceros bicornis)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3GgfQJI4LdH9KZ9JFRN0W_EED_ktceVnTbldP2U3z9vlmhfy4tg8A7cftSFfSVsJ12gJBkNhXu4KDNpKCV1naeGuzo4IKYv9pHk_BY7yUCSGykDZCl_mCkQi-s4lJCYtumTFcOf5-4z6E/s400/Rhinoceros+%28Diceros+bicornis%29.jpg)
Spesies ini dikenal berbahaya, sehingga banyak mengalami pembunuhan dibandingkan badak lainnya. Populasi ini mengalami penurunan drastis sebanyak 96% antara tahun 1970 hingga 1992.
Selain itu, berbeda dengan mamalia lainnya, badak membutuhkan kondisi lingkungan yang spesial untuk bisa berkembang biak. Badak betina membutuhkan teman-teman badak betina yang lain untuk menemaninya dalam mengembangbiakkan dan membesarkan badak muda.
12. Wombat Hidung Berbulu dari Selatan (Lasiorhinus krefftii)
Wombat banyak kehilangan habitat akibat aktivitas pertanian, serta predator-predator yang diperkenalkan ke Australia, terutama dingo.
13. Onta Bactrian (Camelus ferus)
Spesies ini dapat bertahan dari dahaga yang panjang, kekurangan makanan bahkan radiasi pengujian nuklir. Namun, eksistensi mereka kini terancam akibat kompetisi memperebutkan air dan makanan, perburuan serta kehilangan habitat.
Onta ini juga punya adaptasi yang unik dalam menghadapi cuaca ekstrim. Bulunya bisa menjadi sangat tebal ketika musim dingin, sementara nyaris tidak berbulu ketika musim panas. Selain itu, mereka punya kaki yang lembut, yang mirip seperti sepatu salju, untuk mencegahnya terperosok ke dalam pasir gurun.
14. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Seperti badak lainnya, spesies ini memakan tumbuh-tumbuhan dan kebanyakan menghabiskan waktunya untuk berendam dalam lumpur untuk mendinginkan tubuh.
Meskipun populasinya kini dijaga dalam taman nasional, namun culanya masih banyak diburu, sehingga populasinya masih tetap terancam. Populasinya yang kecil juga mengakibatkan mereka sangat beresiko menghadapi penyakit dan bencana alam yang besar.
Sumber :
nationalgeographic.com, edgeofexistence.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar